Sunday, December 27, 2020

Resensi Buku MULTIBAGGER : Cara Meraih Profit > 100% dari Pasar Saham

 

                                                             Buku Multibagger

Judul Buku                       : MULTIBAGGER : Cara Meraih Profit >100% dari Pasar Saham

Penulis                              : Rivan Kurniawan

ISBN                                 : 978-623-00-1140-5

Penerbit                             : PT. Elex Media Computindo

Cetakan Pertama               : Januari 2020

Jumlah Halaman               : 151 halaman


              Buku berjudul Multibagger ini ditulis oleh seorang Value Investor dari Indonesia yang bernama Rivan Kurniawan. Dalam buku ini tidak memuat materi-materi fundamental saham, namun buku ini lebih memuat tentang pengalaman dan memberikan inspirasi dari seorang Rivan Kurniawan yang telah terjun ke dunia pasar modal pada tahun 2008. Buku ini diawali dengan ucapan testimoni dari beberapa rekan Rivan Kurniawan.

              Bab pertama dalam buku ini membahas tentang penjelasan mengenai Multibagger. Sebuah kata yang asing dan aneh ketika didengar oleh seorang Rivan Kurniawan karena Rivan Kurniawan pada awalnya masuk ke dunia pasar modal dengan aliran trading. Pada awal tahun 2011, Rivan Kurniawan vakum dari pasar saham karena keserakahan, maka Ia harus menelan pil pahit dan merugi pada pasar saham dan pada saat vakum tersebut Ia mulai mengetahui Multibagger dari sosok Warren Buffet Indonesia yaitu Lo Kheng Hong yang berhasil meraih keuntungan sebesar 12.500% di pasar saham pada tahun 2011. Kemudian Rivan Kurniawan dengan setengah nekatnya pergi ke Singapura untuk membeli buku-buku tentang analisis fundamental dan value investing dan juga untuk mengubah mindset dari seorang trader menjadi seorang investor.

              Dalam bab kedua di buku ini menjelaskan tentang perubahan seorang Rivan Kurniawan dari trader menjadi seorang investor. Ketika Rivan Kurniawan menjadi seorang trader, Ia sangat merasakan bagaimana senangnya ketika IHSG sedang menaik (bullish), karena profit yang dihasilkan dari seorang trader bisa lebih cepat. Tetapi, ketika Ia menjadi seorang trader, Ia seperti “dipaksa” untuk selalu memperhatikan grafik saham untuk “take profit” ketika harga saham tersebut naik. Dan ketika IHSG sedang menurun (bearish), psikologi seorang trader akan terganggu dan mengambil keputusan untuk “cutloss” karena seorang trader akan melihat penurunan harga saham tersebut sebagai kesalahan. Seorang trader mungkin akan stress, depresi dan tidak bisa berpikir secara jernih ketika IHSG sedang bearish. Kemudian, sesampainya di Jakarta setelah mencari buku-buku tentang value investing dari Singapura, Rivan Kurniawan sangat antusias untuk membaca buku-buku tersebut agar dapat berubah dari seorang trader menjadi seorang investor. Kemudian dalam buku ini, Rivan Kurniawan juga menjabarkan tentang perbedaan mendasar antara menjadi seorang trader dan seorang value investor. Salah satunya adalah menjadi seorang value investor itu jauh lebih santai daripada menjadi seorang trader karena jauh dari kata stress. Pada tahun 2013, 2015, dan 2018 ketika IHSG sedang menurun (bearish), karena Rivan Kurniawan sudah memiliki mindset dan skillset seoran value investor, Ia tidak panik, stress dan tidak melakukan “cutloss”. Tetapi Ia melihat penurunan IHSG tersebut sebagai peluang untuk membeli saham-saham yang unggulan di harga yang diskon atau murah.

“ketika harga saham naik, saya mendapatkan keuntungan. Ketika harga saham turun, saya mendapatkan kesempatan”.

Halaman 13

 

Dalam bab 1 ini juga membahas tentang istilah-istilah yang lazim dilihat oleh seorang value investor sebelum memutuskan untuk membeli saham. Seperti ROE (Return On Equity), ROE adalah rasio kemungkinan perusahaan untuk menghasilkanlaba dari jumlah pemegang saham yang dimiliki oleh perusahaan. Ada juga NPM (Net Profit Margin), NPM adalah selisih antara laba bersih dan penjualan.

             

              Kemudian pada bab 3 ini mulai memasuki pembahasan tentang perjalanan saham-saham yang dibeli oleh Rivan Kurniawan dan mendapatkan multibagger. Pada bab 3 ini berjudul “ULTJ: My First Multibagger”. Pada tahun 2012 Rivan Kurniawan berkeinginan untuk membeli saham di sektor Consumer Goods. Dari 30 pilihan perusahaan yang bergerak di bidang Consumer Goods, Rivan Kurniawan memilih 5 sampel untuk dipilih, yaitu : UNVR, MYOR, INDF, ICBP, dan ICBP. Namun karena empat dari kelima emiten tersebut dihargai tinggi oleh pasar, maka  Rivan Kurniawan mulai melirik ULTJ. Karena ULTJ masih dihargai undervalue oleh pasar. Kemudian, setelah itu Rivan Kurniawan mulai mempelajari tentang latar belakang ULTJ, bisnis process ULTJ, dan kemudian melakukan riset terhadap laporan keuangannya. Maka pada tahun 2012, Rivan Kurniawan mulai memutuskan untuk masuk ke ULTJ pada kisaran harga Rp. 1.000/lembar. Rivan Kurniawan memgang saham ULTJ kurang lebih dua tahun dan pada tahun 2014 Rivan Kurniawan melepas saham ULTJ pada average Rp. 3000-an. Maka dengan ini dalam waktu sekitar dua tahun, Rivan Kurniawan berhasil mendapatkan Multibagger sekitar 3x lipat di saham ULTJ. Rivan Kurniawan melepas saham ULTJ-nya dikarenakan menurutnya ULTJ ini sudah tergolong overvalue dan pasar mengapresiasi ULTJ ini jauh diatas harga pasarnya.

              Pada bab 4 ini membahas tentang saham multibager yang didapatkan oleh Rivan Kurniawan. Bab ini diberi judul WSKT: Jokowi Effect dan Pembangunan Infrastruktur. Memasuki tahun 2014, merupakan titik awal kebangkitan emiten di sektor konstruksi. Karena arah pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini salah satunya mengarah pada pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, kereta bandara, bandara, pelabuhan dan sebagainya. Dari berbagai emiten yang sudah ada di Bursa, Rivan Kurniawan berfokus pada WSKT dengan alasan bahwa WSKT mencatatkan perolehan kontrak baru yang naik hingga 2x lipat. Pencapaian kontrak baru tersebut mengalahkan perolehan kontrak baru dari emitter yang lainnya seperti WIKA, ADHI,dan PTPP. WSKT sendiri juga merupakan emiten konstruksi yang dimana 67,3% kepemilikan sahamnya dipegang oleh Pemerintahan Indonesia. Pada tahun 2014 itu setelah menghitung intrinsic value dari WSKT, Rivan Kurniawan masuk di WSKT pada harga Rp. 600-an. Dan pada tahun 2015 Rivan Kurniawan melakukan profit taking di WSKT di harga Rp. 1.500 tetapi tidak semuanya. Dan pada tahun 2016 harga saham WSKT naik dari Rp. 1.500 ke Rp. 2.500. Akhirnya Rivan Kurniawan menjual sebagian kepemilikannya di WSKT di average Rp. 2.200-an. Alasan Rivan Kurniawan menjual saham WSKT-nya adalah karena meskipun profitabilitas masih baik, namun cash flow WSKT mulai tidak sehat.

              Kemudian dalam bab selanjutnya diberi judul “ANTM: From Laggards to IDX Best Blue”. ANTM dikatakan top laggards di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015 dikarenakan ANTM mengalami penurunan harga saham yang berlangsung dari tahun 2011, dari harga 2000-an terus menurun hingga 300-an. Pada tahun 2015, harga nikel bergerak melemah ke titik terendah USD 4,97 per lb dan harga emas pun juga bergerak melemah di tahun 2015, harga emas mencapai USD 1215/Toz. Rivan Kurniawan juga pernah masuk di ANTM pada tahun 2010, tetapi pada saat itu Ia harus merugi karena tujuannya hanya untuk trading. Dan pada saat tahun 2015, Rivan Kurniawan mulai kembali melirik ANTM ini. Tetapi dengan tujuan untuk berinvestasi. Setelah melihat dan mempelajari tentang business process, laporan keuangan dan lain-lainnya, Rivan Kurniawan mulai masuk ke ANTM pada saat harga sahamnya masih Rp. 400-an. Sekitar setengah tahun kemudian, harga saham ANTM masih terpuruk dari harga 400-an ke 300-an. Membaiknya kinerja ANTM di tahun 2016 langsung cepat diapresiasi oleh pasar. Harga sahamnya meningkat ke 900-an di akhir tahun 2016. Akhirnya pada tahun tersebut Rivan Kurniawan mulai melakukan scalling out sebagian di harga 900-an. Namun Ia masih menyimpan sebagiannya lagi. Tetapi pada tahun 2017 harga nikel dan emas kembali bergerak melemah, kemudian pada tahun 2017 tersebut Rivan Kurniawan kembali menjual sebagian sahamnya pada average 780-an. Setelah 2,5 tahun, Rivan Kurniawan memperoleh profit multibagger dari ANTM sekitar 140%. Pada tahun 2016, ANTM juga mendapatkan predikat khusus dari Bursa Efek Indonesia, yaitu “IDX Best Blue 2016”. Predikat tersebut diberikan bukan tanpa alasan, predikat tersebut diberikan karena kinerja ANTM pada tahun 2016 lebih baik dari pada tahun 2015.

              Pada bab ini menceritakan tentang perjalanan seorang RIvan Kurniawan dalam memperoleh profit multibagger pada saham MEDC. Bab ini berjudul “MEDC: Momentum Kebangkitan Harga Minyak”. Latar belakangnya sama seperti bab sebelumnya, yaitu MEDC mengalami salah satu periode yang terpuruknya di tahun 2015. Menurunnya kinerja membuat market tanpa kenal ampun menghukum MEDC dengan penurunan harga sahamnya. Harga saham MEDC pada awal tahun 2015 masih berada di kisaran 3.600-an, kemudian turun hingga mencapai di 800-an. Karena memiliki keyakinan yang kuat bahwa harga minyak dan gas akan kembali menguat dan ditambah dengan MEDC tetap berekspansi dengan mengakuisisi asset produksi tmbang tembaga dan emas PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dan atas berbagai alasan lainnya, Rivan Kurniawan akhirnya mulai memutuskan untuk masuk ke MEDC pada harga 1000-an. Ketika mulai masuk di harga 1000-an, harga saham MEDC masih dalam fase downtrend, harga sahamnya sempat menyentuh di 700-an. Rivan Kurniawan tidak mengambil keputusan untuk cutloss, tetapi Ia mulai meakukan average down. Alhasil, pasar merespon perbaikan kinerja MEDC ini secara positif. Harga sahamnya dari 700-an pada akhir 2015, ditutup pada harga 1300-an di akhir 2016. Tahun 2017 kinerja MEDC masih dalam tren positif. Hal ini masih membuatharga saham MEDC meningkat hingga mencapai 6000-an di akhir 2017. Secara average, Rivan Kurniawan melepas MEDC pada kisaran harga 4000an. Alasannya adalah karena MEDC sudah mulai overvalued dan sudah mencapai nilai intrinsiknya.

              Dalam bab selanjutnya Rivan Kurniawan mendapatkan profit multibagger di emiten INDY. Singkatnya, pada tahun 2017 istri dari Rivan Kurniawan sedang hamil dan selama beberapa bulan perhatian Rivan Kurniawan teralihkan dengan sibuk mempersiapkan anak pertamanya. Sampai akhirnya anak pertama Rivan Kurniawan pada Oktober 2017 lahir dan ketika anaknya lahir, harga saham INDY ternyata sudah naik ke 2000-an dan Rivan Kurniawan memperoleh floating profit sebesar 250%. Maka dari itu dalam bab ini diberi judul “INDY: Siklus Batubara dan Rezeki Kelahiran Anak”.

              “KBLI: Berkah Proyek 35.000 Megawatt” ini merupakan judul dari bab yang selanjutnya. Pada tahun 2015 IHSG sempat terkoreksi dari 5500an ke 4100-an. Anjloknya IHSG tersebut juga berpengaruh kepada harga saham KBLI dari 280-an ke 120-an di akhir 2015. Setelah melakukan analisis, riset, mempelajari lebih lanjut business process dan juga prospek kedepan terkait dengan emiten yang berada di sektor perkabelan ini, Rivan Kurniawan mulai yakin bahwa KBLI ini merupakan hidden treasures. Akhirnya Rivan Kurniawan mulai masuk di KBLI ini pada harga 270-an. Pada pertengahan 2017, Rivan Kurniawan menjual KBLI pada harga sekitar 600-an.

              Pada Bab selanjutnya ini memaparkan tentang perjalanan Rivan Kurniawan memperoleh multibagger selanjutnya di emiten MAIN dengan judul “MAIN: Recovery Swasembada Jagung Lokal”. Valuasi harga saham MAIN sendiri masih bisa dikatakan satu-satunya pilihansaham sektor pultry yang masih undervalued. Secara history, harga saham MAIN pada saat dianalisis oleh Rivan Kurniawan juga merupakan harga yang tergolong terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Dan juga Rivan Kurniawan menganalisis nilai intrinsic MAIN, nilai intrinsiknya adalah pada harga 1600-an. Jadi, jika Rivan Kurniawan membeli MAIN pada harga 700-an, maka Rivan Kurniawan akan mendapatkan Margin of Safety sebesar lebih dari 50%. Rivan Kurniawan memegang saham MAIN ini dalam jangka waktu satu tahun, tidak dalam waktu yang panjang dikarenakan MAIN ini tergolong cyclical company. Karena banyaknya pertimbangan-pertimbangan, maka Rivan Kurniawan memutuskan untuk melepas secara berkala kepemilikan sahamnya di MAIN pada range sekitar 1600-1800-an.

              Pada penjelasan selanjutnya ini diberi judul “Next Multibagger”. Di bab ini menjelaskan tentang cara mendapatkan multibagger, kategori saham, dan tren harga saham. Menurut Peter Lynch, dalam bukunya One Up to Wall Street, membagi saham ke dalam enam kategori, yaitu fast growers, medium growers, slow growers, cyclical, turn arounds, dan asset plays. Sedangkan Rivan Kurniawan membagi kategori saham menjadi 6 juga tetapi kategori ini dapat lebih diaplikasikan untuk saham-saham di BEI, yaitu ada core stocks, growth stocks, dividends stocks, cyclical stocks, turnaround stocks, dan declining stocks.

              Bab selanjutnya membahas tentang Mindset Multibagger. Dalam bab ini Rivan Kurniawan sebagai penulis menjelaskan mindset multibagger dengan menggunakan perandaian dari pelari marathon. Beberapa prinsip pelari maraton yang bisa diaplikasikan kedalam investasi saham adalah start from small steps, focus on long term, practice makes perfect, know your limitation.

              Kelebihan dari buku Multibagger karya Rivan Kurniawan ini adalah banyak bahasa-bahasa yang sangat mudah dipahami terutama pada saat menjelaskan tentang mindset multibagger dengan menggunakan perandaian dari pelari maraton. Hal ini memudahkan para pembaca agar lebih mengerti makna dari perandaian tersebut. Dan juga dalam setiap babnya dari bab 1 sampai dengan bab 10 terdapat tips-tips dari penulis yang dinamakan dengan RK Tips yang sangat berguna bagi para pembaca untuk menambah wawasan. Selain itu, pada bab-bab tertentu terdapat table-tabel tentang komposisi direksi dari suatu emiten, grafik pergerakan saham, perbandingan laba bersih emiten perkabelan, dan perbandingan kinerja antara kelima perusahaan yang dijadikan sampel untuk dipilih pada sektor consumer goods. Dalam buku ini juga disertai teknik dan cara-cara mencari emas yang tersembunyi.

             

No comments:

Post a Comment