Buku Multibagger
Judul Buku :
MULTIBAGGER : Cara Meraih Profit >100% dari Pasar Saham
Penulis :
Rivan Kurniawan
ISBN : 978-623-00-1140-5
Penerbit :
PT. Elex Media Computindo
Cetakan Pertama :
Januari 2020
Jumlah Halaman : 151 halaman
Buku berjudul Multibagger ini
ditulis oleh seorang Value Investor dari Indonesia yang bernama Rivan
Kurniawan. Dalam buku ini tidak memuat materi-materi fundamental saham, namun
buku ini lebih memuat tentang pengalaman dan memberikan inspirasi dari seorang
Rivan Kurniawan yang telah terjun ke dunia pasar modal pada tahun 2008. Buku
ini diawali dengan ucapan testimoni dari beberapa rekan Rivan Kurniawan.
Bab pertama dalam buku ini
membahas tentang penjelasan mengenai Multibagger. Sebuah kata yang asing dan
aneh ketika didengar oleh seorang Rivan Kurniawan karena Rivan Kurniawan pada
awalnya masuk ke dunia pasar modal dengan aliran trading. Pada awal tahun 2011,
Rivan Kurniawan vakum dari pasar saham karena keserakahan, maka Ia harus
menelan pil pahit dan merugi pada pasar saham dan pada saat vakum tersebut Ia mulai
mengetahui Multibagger dari sosok Warren Buffet Indonesia yaitu Lo Kheng Hong
yang berhasil meraih keuntungan sebesar 12.500% di pasar saham pada tahun 2011.
Kemudian Rivan Kurniawan dengan setengah nekatnya pergi ke Singapura untuk
membeli buku-buku tentang analisis fundamental dan value investing dan juga
untuk mengubah mindset dari seorang trader menjadi seorang investor.
Dalam bab kedua di buku ini
menjelaskan tentang perubahan seorang Rivan Kurniawan dari trader menjadi
seorang investor. Ketika Rivan Kurniawan menjadi seorang trader, Ia sangat
merasakan bagaimana senangnya ketika IHSG sedang menaik (bullish), karena
profit yang dihasilkan dari seorang trader bisa lebih cepat. Tetapi, ketika Ia
menjadi seorang trader, Ia seperti “dipaksa” untuk selalu memperhatikan grafik
saham untuk “take profit” ketika harga saham tersebut naik. Dan ketika IHSG
sedang menurun (bearish), psikologi seorang trader akan terganggu dan mengambil
keputusan untuk “cutloss” karena seorang trader akan melihat penurunan harga
saham tersebut sebagai kesalahan. Seorang trader mungkin akan stress, depresi
dan tidak bisa berpikir secara jernih ketika IHSG sedang bearish. Kemudian,
sesampainya di Jakarta setelah mencari buku-buku tentang value investing dari
Singapura, Rivan Kurniawan sangat antusias untuk membaca buku-buku tersebut
agar dapat berubah dari seorang trader menjadi seorang investor. Kemudian dalam
buku ini, Rivan Kurniawan juga menjabarkan tentang perbedaan mendasar antara
menjadi seorang trader dan seorang value investor. Salah satunya adalah menjadi
seorang value investor itu jauh lebih santai daripada menjadi seorang trader
karena jauh dari kata stress. Pada tahun 2013, 2015, dan 2018 ketika IHSG
sedang menurun (bearish), karena Rivan Kurniawan sudah memiliki mindset dan
skillset seoran value investor, Ia tidak panik, stress dan tidak melakukan “cutloss”.
Tetapi Ia melihat penurunan IHSG tersebut sebagai peluang untuk membeli
saham-saham yang unggulan di harga yang diskon atau murah.
“ketika harga saham naik, saya mendapatkan keuntungan. Ketika harga saham turun, saya mendapatkan kesempatan”.
Halaman 13
Dalam bab 1 ini
juga membahas tentang istilah-istilah yang lazim dilihat oleh seorang value
investor sebelum memutuskan untuk membeli saham. Seperti ROE (Return On
Equity), ROE adalah rasio kemungkinan perusahaan untuk menghasilkanlaba dari jumlah
pemegang saham yang dimiliki oleh perusahaan. Ada juga NPM (Net Profit Margin),
NPM adalah selisih antara laba bersih dan penjualan.
Kemudian pada bab 3 ini mulai
memasuki pembahasan tentang perjalanan saham-saham yang dibeli oleh Rivan
Kurniawan dan mendapatkan multibagger. Pada bab 3 ini berjudul “ULTJ: My First
Multibagger”. Pada tahun 2012 Rivan Kurniawan berkeinginan untuk membeli saham
di sektor Consumer Goods. Dari 30 pilihan perusahaan yang bergerak di bidang
Consumer Goods, Rivan Kurniawan memilih 5 sampel untuk dipilih, yaitu : UNVR,
MYOR, INDF, ICBP, dan ICBP. Namun karena empat dari kelima emiten tersebut
dihargai tinggi oleh pasar, maka Rivan
Kurniawan mulai melirik ULTJ. Karena ULTJ masih dihargai undervalue oleh pasar.
Kemudian, setelah itu Rivan Kurniawan mulai mempelajari tentang latar belakang
ULTJ, bisnis process ULTJ, dan kemudian melakukan riset terhadap laporan
keuangannya. Maka pada tahun 2012, Rivan Kurniawan mulai memutuskan untuk masuk
ke ULTJ pada kisaran harga Rp. 1.000/lembar. Rivan Kurniawan memgang saham ULTJ
kurang lebih dua tahun dan pada tahun 2014 Rivan Kurniawan melepas saham ULTJ
pada average Rp. 3000-an. Maka dengan ini dalam waktu sekitar dua tahun, Rivan
Kurniawan berhasil mendapatkan Multibagger sekitar 3x lipat di saham ULTJ. Rivan
Kurniawan melepas saham ULTJ-nya dikarenakan menurutnya ULTJ ini sudah
tergolong overvalue dan pasar mengapresiasi ULTJ ini jauh diatas harga
pasarnya.
Pada bab 4 ini membahas tentang
saham multibager yang didapatkan oleh Rivan Kurniawan. Bab ini diberi judul WSKT:
Jokowi Effect dan Pembangunan Infrastruktur. Memasuki tahun 2014, merupakan
titik awal kebangkitan emiten di sektor konstruksi. Karena arah pemerintahan
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini salah satunya mengarah pada
pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, kereta bandara, bandara, pelabuhan
dan sebagainya. Dari berbagai emiten yang sudah ada di Bursa, Rivan Kurniawan
berfokus pada WSKT dengan alasan bahwa WSKT mencatatkan perolehan kontrak baru
yang naik hingga 2x lipat. Pencapaian kontrak baru tersebut mengalahkan
perolehan kontrak baru dari emitter yang lainnya seperti WIKA, ADHI,dan PTPP.
WSKT sendiri juga merupakan emiten konstruksi yang dimana 67,3% kepemilikan
sahamnya dipegang oleh Pemerintahan Indonesia. Pada tahun 2014 itu setelah
menghitung intrinsic value dari WSKT, Rivan Kurniawan masuk di WSKT pada harga
Rp. 600-an. Dan pada tahun 2015 Rivan Kurniawan melakukan profit taking di WSKT
di harga Rp. 1.500 tetapi tidak semuanya. Dan pada tahun 2016 harga saham WSKT
naik dari Rp. 1.500 ke Rp. 2.500. Akhirnya Rivan Kurniawan menjual sebagian
kepemilikannya di WSKT di average Rp. 2.200-an. Alasan Rivan Kurniawan menjual
saham WSKT-nya adalah karena meskipun profitabilitas masih baik, namun cash
flow WSKT mulai tidak sehat.
Kemudian dalam bab selanjutnya
diberi judul “ANTM: From Laggards to IDX Best Blue”. ANTM dikatakan top
laggards di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015 dikarenakan ANTM mengalami
penurunan harga saham yang berlangsung dari tahun 2011, dari harga 2000-an
terus menurun hingga 300-an. Pada tahun 2015, harga nikel bergerak melemah ke
titik terendah USD 4,97 per lb dan harga emas pun juga bergerak melemah di
tahun 2015, harga emas mencapai USD 1215/Toz. Rivan Kurniawan juga pernah masuk
di ANTM pada tahun 2010, tetapi pada saat itu Ia harus merugi karena tujuannya
hanya untuk trading. Dan pada saat tahun 2015, Rivan Kurniawan mulai kembali
melirik ANTM ini. Tetapi dengan tujuan untuk berinvestasi. Setelah melihat dan
mempelajari tentang business process, laporan keuangan dan lain-lainnya, Rivan
Kurniawan mulai masuk ke ANTM pada saat harga sahamnya masih Rp. 400-an.
Sekitar setengah tahun kemudian, harga saham ANTM masih terpuruk dari harga
400-an ke 300-an. Membaiknya kinerja ANTM di tahun 2016 langsung cepat
diapresiasi oleh pasar. Harga sahamnya meningkat ke 900-an di akhir tahun 2016.
Akhirnya pada tahun tersebut Rivan Kurniawan mulai melakukan scalling out
sebagian di harga 900-an. Namun Ia masih menyimpan sebagiannya lagi. Tetapi
pada tahun 2017 harga nikel dan emas kembali bergerak melemah, kemudian pada
tahun 2017 tersebut Rivan Kurniawan kembali menjual sebagian sahamnya pada
average 780-an. Setelah 2,5 tahun, Rivan Kurniawan memperoleh profit
multibagger dari ANTM sekitar 140%. Pada tahun 2016, ANTM juga mendapatkan
predikat khusus dari Bursa Efek Indonesia, yaitu “IDX Best Blue 2016”. Predikat
tersebut diberikan bukan tanpa alasan, predikat tersebut diberikan karena
kinerja ANTM pada tahun 2016 lebih baik dari pada tahun 2015.
Pada bab ini menceritakan tentang
perjalanan seorang RIvan Kurniawan dalam memperoleh profit multibagger pada
saham MEDC. Bab ini berjudul “MEDC: Momentum Kebangkitan Harga Minyak”. Latar
belakangnya sama seperti bab sebelumnya, yaitu MEDC mengalami salah satu
periode yang terpuruknya di tahun 2015. Menurunnya kinerja membuat market tanpa
kenal ampun menghukum MEDC dengan penurunan harga sahamnya. Harga saham MEDC
pada awal tahun 2015 masih berada di kisaran 3.600-an, kemudian turun hingga
mencapai di 800-an. Karena memiliki keyakinan yang kuat bahwa harga minyak dan
gas akan kembali menguat dan ditambah dengan MEDC tetap berekspansi dengan
mengakuisisi asset produksi tmbang tembaga dan emas PT. Amman Mineral Nusa
Tenggara (AMNT) dan atas berbagai alasan lainnya, Rivan Kurniawan akhirnya
mulai memutuskan untuk masuk ke MEDC pada harga 1000-an. Ketika mulai masuk di
harga 1000-an, harga saham MEDC masih dalam fase downtrend, harga sahamnya sempat
menyentuh di 700-an. Rivan Kurniawan tidak mengambil keputusan untuk cutloss,
tetapi Ia mulai meakukan average down. Alhasil, pasar merespon perbaikan
kinerja MEDC ini secara positif. Harga sahamnya dari 700-an pada akhir 2015,
ditutup pada harga 1300-an di akhir 2016. Tahun 2017 kinerja MEDC masih dalam
tren positif. Hal ini masih membuatharga saham MEDC meningkat hingga mencapai
6000-an di akhir 2017. Secara average, Rivan Kurniawan melepas MEDC pada
kisaran harga 4000an. Alasannya adalah karena MEDC sudah mulai overvalued dan
sudah mencapai nilai intrinsiknya.
Dalam bab selanjutnya Rivan Kurniawan
mendapatkan profit multibagger di emiten INDY. Singkatnya, pada tahun 2017
istri dari Rivan Kurniawan sedang hamil dan selama beberapa bulan perhatian
Rivan Kurniawan teralihkan dengan sibuk mempersiapkan anak pertamanya. Sampai
akhirnya anak pertama Rivan Kurniawan pada Oktober 2017 lahir dan ketika
anaknya lahir, harga saham INDY ternyata sudah naik ke 2000-an dan Rivan
Kurniawan memperoleh floating profit sebesar 250%. Maka dari itu dalam bab ini
diberi judul “INDY: Siklus Batubara dan Rezeki Kelahiran Anak”.
“KBLI: Berkah Proyek 35.000
Megawatt” ini merupakan judul dari bab yang selanjutnya. Pada tahun 2015 IHSG
sempat terkoreksi dari 5500an ke 4100-an. Anjloknya IHSG tersebut juga
berpengaruh kepada harga saham KBLI dari 280-an ke 120-an di akhir 2015.
Setelah melakukan analisis, riset, mempelajari lebih lanjut business process dan
juga prospek kedepan terkait dengan emiten yang berada di sektor perkabelan ini,
Rivan Kurniawan mulai yakin bahwa KBLI ini merupakan hidden treasures. Akhirnya
Rivan Kurniawan mulai masuk di KBLI ini pada harga 270-an. Pada pertengahan
2017, Rivan Kurniawan menjual KBLI pada harga sekitar 600-an.
Pada Bab selanjutnya ini
memaparkan tentang perjalanan Rivan Kurniawan memperoleh multibagger selanjutnya
di emiten MAIN dengan judul “MAIN: Recovery Swasembada Jagung Lokal”. Valuasi
harga saham MAIN sendiri masih bisa dikatakan satu-satunya pilihansaham sektor
pultry yang masih undervalued. Secara history, harga saham MAIN pada saat
dianalisis oleh Rivan Kurniawan juga merupakan harga yang tergolong terendah
dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Dan juga Rivan Kurniawan menganalisis
nilai intrinsic MAIN, nilai intrinsiknya adalah pada harga 1600-an. Jadi, jika
Rivan Kurniawan membeli MAIN pada harga 700-an, maka Rivan Kurniawan akan
mendapatkan Margin of Safety sebesar lebih dari 50%. Rivan Kurniawan memegang
saham MAIN ini dalam jangka waktu satu tahun, tidak dalam waktu yang panjang dikarenakan
MAIN ini tergolong cyclical company. Karena banyaknya
pertimbangan-pertimbangan, maka Rivan Kurniawan memutuskan untuk melepas secara
berkala kepemilikan sahamnya di MAIN pada range sekitar 1600-1800-an.
Pada penjelasan selanjutnya ini
diberi judul “Next Multibagger”. Di bab ini menjelaskan tentang cara
mendapatkan multibagger, kategori saham, dan tren harga saham. Menurut Peter
Lynch, dalam bukunya One Up to Wall Street, membagi saham ke dalam enam
kategori, yaitu fast growers, medium growers, slow growers, cyclical, turn
arounds, dan asset plays. Sedangkan Rivan Kurniawan membagi kategori saham
menjadi 6 juga tetapi kategori ini dapat lebih diaplikasikan untuk saham-saham
di BEI, yaitu ada core stocks, growth stocks, dividends stocks, cyclical
stocks, turnaround stocks, dan declining stocks.
Bab selanjutnya membahas tentang
Mindset Multibagger. Dalam bab ini Rivan Kurniawan sebagai penulis menjelaskan
mindset multibagger dengan menggunakan perandaian dari pelari marathon.
Beberapa prinsip pelari maraton yang bisa diaplikasikan kedalam investasi saham
adalah start from small steps, focus on long term, practice makes perfect, know
your limitation.
Kelebihan dari buku Multibagger
karya Rivan Kurniawan ini adalah banyak bahasa-bahasa yang sangat mudah
dipahami terutama pada saat menjelaskan tentang mindset multibagger dengan
menggunakan perandaian dari pelari maraton. Hal ini memudahkan para pembaca
agar lebih mengerti makna dari perandaian tersebut. Dan juga dalam setiap
babnya dari bab 1 sampai dengan bab 10 terdapat tips-tips dari penulis yang
dinamakan dengan RK Tips yang sangat berguna bagi para pembaca untuk menambah
wawasan. Selain itu, pada bab-bab tertentu terdapat table-tabel tentang komposisi
direksi dari suatu emiten, grafik pergerakan saham, perbandingan laba bersih
emiten perkabelan, dan perbandingan kinerja antara kelima perusahaan yang
dijadikan sampel untuk dipilih pada sektor consumer goods. Dalam buku ini juga
disertai teknik dan cara-cara mencari emas yang tersembunyi.